- "Tetapi Musa berkata kepada Allah: 'Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?' " - (Keluaran 3:11).
Shalom,
Kalau dibilang manusia memiliki rasa minder atau rendah diri mungkin bisa dibilang wajar, ya karena belum pernah melakukan suatu hal dan diminta melakukan hal itu.
Pada dasarnya kita adalah makhluk ciptaan dan mempunyai banyak keterbatasan. Mungkin saat ini banyak diantara kita yang mengatakan bahwa saya tidak bisa melakukan ini dan itu, tidak pandai berbicara atau merasa tidak punya kemampuan dan pengalaman yang cukup didalam melakukan satu atau banyak hal, atau mengatakan bahwa saya adalah manusia yang berdosa. Semua dari kita mungkin pernah berpikir mengenai hal ini. Hal ini bisa dikatakan wajar, yang kurang bijaksana adalah apabila kita tidak mau berusaha bangkit dan selalu merasa pesimis berkepanjangan.
Sebagai contoh Musa adalah manusia biasa seperti kita, yang jelas punya keterbatasan dan ketidakmampuan. Hal ini terlihat dari reaksi Musa saat ia dipilih Tuhan menjadi pemimpin bangsa Israel. Saat dipanggil Tuhan, awalnya Musa tidak antusias maupun mengiyakan karena dia tahu 'siapa dirinya dan latar belakangnya'. "Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya, imam di Midian." (ayat 1a). Selama bertahun-tahun Musa menghabiskan waktu di padang belantara bersama domba-domba mertuanya.
Adapun beberapa alasan Musa sempat menolak panggilan Tuhan adalah:
1. Musa merasa kurang mampu.
Jelas adalah hal yang masuk akal bila Musa menyatakan ketidakmampuannya kepada Tuhan, apalagi secara biologis, fisiknya kurang mendukung; usianya sudah 80 tahun tatkala Tuhan memanggilnya. Musa merasa sudah tua dan rapuh. Pernyataan yang disampaikan Musa merupakan satu ungkapan yang logis dari sudut pandang manusia biasa. Namun Tuhan menjawab "Bukankah Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau:..." (ayat 12). Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan memberikan jaminan penyerataan kepada Musa dan akan berkarya melalui hidup Musa.
Bukankah kita sering berkata seperti Musa? Berbagai dalih dan alasan kita kemukakan untuk menolak panggilan Tuhan dalam hidup kita karena merasa tidak mampu, tidak punya bakat, tidak mempunyai keahlian, sok sibuk dan sebagainya.
Bisa dibilang aAdalah manusiawi bagi Musa menjadi gentar karena dari seorang gembala domba yang dipanggil untuk menjadi pemimpin suatu bangsa yang besar. Itu jelas hal yang sangat tidak mudah.
2. Musa merasa tidak punya kredibilitas.
Selain kurang mampu, Musa juga merasa bahwa pilihan Tuhan terhadap dirinya itu salah karena dia sama sekali tidak memenuhi kriteria sebagai seorang pemimpin. Musa memikirkan apa saja yang harus dikatakannya kalau suatu saat ia bertemu dengan banyak orang: "...apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya? --apakah yang harus kujawab kepada mereka?" (ayat 13).
Pengakuan jujur itu disampaikan Musa kepada Tuhan.
- “Lalu kata Musa kepada Tuhan, ‘Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau beirman kepada hambaMupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah.’ “ - (Keluaran 4:10).
- Ketika Tuhan memilih dan mengutus seseorang. Dia juga yang akan menyertai dan memperlengkapi supaya ia mampu melakukan kehendakNya tersebut (Ibrani 13:21).
Tuhan juga mendemonstrasikan kuasaNya langsung di depan Musa agar ia benar-benar percaya akan penyertaanNya: Musa diperintahkan melempar tongkatnya ke tanah yang akhirnya menjadi ular; juga saat Tuhan memerintahkan Musa memasukkan tangannya ke dalam baju, maka tangan Musa terkena kusta. Apalagi yang kurang ?
3. Musa kurang fasih bicara (ayat 10 dari keluaran 4).
Musa kembali berdalih tidak pandai bicara di depan orang banyak untuk menyatakan ketidaksiapannya terhadap panggilan Tuhan itu. Bukankah kita juga sering mengelak seperti itu ketika diminta melayani Tuhan? Mungkin disuruh bersaksi di depan mimbar saja rasanya kaki sudah gemetaran. Tapi Tuhan berkata, “Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni Tuhan?” (Keluaran 4:11). Tuhan semakin geram terhadap Musa saat ia berkata, “Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus.” (Keluaran 4:13), walau pada akhirnya Musa sadar atas panggilan itu dan taat.
Dalam hidup ini kita menghadapi dua pilihan: taat kepada Tuhan atau tidak taat! Itu saja. Tidak ada alternatif lain !
- (20) Maka Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan kita, (21) kiranya memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya, oleh Yesus Kristus. - (Ibrani 13:20-21).
Jangan pernah merasa bahwa kita tidak mampu, lalu kita menolak panggilan Tuhan. Panggilan Tuhan itu mencakup banyak bidang dan cara. Dia yang akan menyertai dan menuntun kita sehingga pada akhirnya kita akan mampu. Percayalah.
Salam kasih dan persahabatan. Tetap semangat dan mengasihi sesama manusia apapun keyakinannya. Tuhan Yesus pasti memberkati. Amin.
Post A Comment:
0 comments: