Renungan Segala Bangsa

Renungan Segala Bangsa
Waktu Adalah Kesempatan

Labels

Blog Archive

Diluar Tuhan Kita Bukan Apa-apa

Share it:

Hari itu sepasang suami istri terlihat bertengkar hebat. Sebenarnya sang suami adalah penyabar, tetapi ibarat kata kesabaran itu ada batasnya. Tidak lama kemudian sang suami terlihat membanting helm-nya.
  • "tetapi bumi membuka mulutnya dan menelan mereka bersama-sama dengan Korah, ketika kumpulan itu mati, ketika kedua ratus lima puluh orang itu dimakan api, sehingga mereka menjadi peringatan." - (Bilangan 26:10).
Bahan renungan: Bilangan 16:1-50.

Hari itu sepasang suami istri terlihat bertengkar hebat. Sebenarnya sang suami adalah penyabar, tetapi ibarat kata kesabaran itu ada batasnya. Tidak lama kemudian sang suami terlihat membanting helm-nya. Setelah pertengkaran selesai, terlihat sang suami memungut helm-nya dan ternyata helm itu rusak. Didalam hati sang suami ada semacam perasaan bersalah kepada sang istri dan merasa rugi juga karena helm kesayangan itu juga menjadi rusak. Usaha untuk mempertahankan keharmonisan keluarga selama bertahun-tahun rusak berantakan dikarenakan ada celah amarah masuk kedalam pikiran seseorang.


Hati-hati melangkahkan kaki. Diluar Tuhan Yesus kita tidak mampu berbuat apa-apa.

Ada banyak orang yang hancur kehidupannya dalam sekejap setelah mati-matian berjuang membangun karirnya selama bertahun-tahun hanya karena lengah atau terlena karena kesuksesan atau merasa sukses. Sering kita melihat banyak orang yang melesat menuju ketenaran tapi kemudian menghujam membentur bumi dalam sekejap karena melakukan hal-hal buruk. Semua itu datang sebagai resiko akibat kesalahan yang ia perbuat sendiri. Sungguh amat disayangkan sesuatu yang telah dibangun harus hancur dalam sekejap mata karena kebodohan sendiri. Terlena dalam kesuksesan bisa membuat orang lengah terhadap dosa, dan itu bisa menjadi sangat fatal akibatnya.
  • "Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!" - (1 Korintus 10:12).
Shalom,

Mempertahankan adalah jauh lebih berat ketimbang membangun. Banyak faktor di dalam sebuah keberhasilan yang bisa membuat kita lupa diri. Ada banyak orang yang tergelincir jatuh bukan ketika mereka berjuang, tapi justru ketika kesuksesan telah berhasil mereka raih. Maka tidaklah heran jika ketika kita sudah sukses, perjuangan bukan menjadi lebih mudah tapi malah akan menjadi jauh lebih berat lagi.

Korah awalnya merupakan seorang pemimpin yang cukup berpengaruh di masa ketika Israel keluar dari Mesir. Seperti halnya orang Lewi lainnya, Korah dipercaya untuk melakukan pekerjaan pada Kemah Suci Tuhan, bertugas bagi umat untuk melayani mereka. Dengan status seperti itu dengan sendirinya Korah mendapat kehormatan dan kepercayaan yang lebih tinggi di banding orang Israel lainnya. Seharusnya Korah bersyukur dan bertanggungjawab dengan sungguh-sungguh. Namun nyatanya Korah terperosok dalam dosa pemberontakan. Setelah sukses dia menghargai dirinya sendiri secara berlebihan alias sombong dan kemudian gagal untuk mengenal batasan yang telah ditetapkan Tuhan baginya. Korah malah merencanakan makar, "mengajak orang-orang untuk memberontak melawan Musa, beserta dua ratus lima puluh orang Israel, pemimpin-pemimpin umat itu, yaitu orang-orang yang dipilih oleh rapat, semuanya orang-orang yang kenamaan." - (Bilangan 16:1-2). Mengapa ia memberontak? Karena ia merasa dirinya hebat diatas orang lain dan haus akan jabatan. Mereka merasa iri kepada Musa. Lantas Musa pun menegur mereka: "Belum cukupkah bagimu, bahwa kamu dipisahkan oleh Allah Israel dari umat Israel dan diperbolehkan mendekat kepada-Nya, supaya kamu melakukan pekerjaan pada Kemah Suci TUHAN dan bertugas bagi umat itu untuk melayani mereka, dan bahwa engkau diperbolehkan mendekat bersama-sama dengan semua saudaramu bani Lewi? Dan sekarang mau pula kamu menuntut pangkat imam lagi?" (ay 9-10). Kesombongan Korah dan pengikut-pengikutnya membuat mereka lupa bahwa sesungguhnya yang mereka lawan bukanlah Musa dan Harun saja melainkan Tuhan yang telah menggariskan langsung seperti apa mereka harus berjalan.

Musa lalu mengajak bangsa Israel untuk melihat siapa yang benar. "Sesudah itu berkatalah Musa: "Dari hal inilah kamu akan tahu, bahwa aku diutus TUHAN untuk melakukan segala perbuatan ini, dan hal itu bukanlah dari hatiku sendiri: jika orang-orang ini nanti mati seperti matinya setiap manusia, dan mereka mengalami yang dialami setiap manusia, maka aku tidak diutus TUHAN. Tetapi, jika TUHAN akan menjadikan sesuatu yang belum pernah terjadi, dan tanah mengangakan mulutnya dan menelan mereka beserta segala kepunyaan mereka, sehingga mereka hidup-hidup turun ke dunia orang mati, maka kamu akan tahu, bahwa orang-orang ini telah menista TUHAN." (ay 28-30). Dan yang terjadi selanjutnya sangat fatal. Murka Tuhan turun atas mereka dan kebinasaan pun menimpa mereka. "Baru saja ia selesai mengucapkan segala perkataan itu, maka terbelahlah tanah yang di bawah mereka, dan bumi membuka mulutnya dan menelan mereka dengan seisi rumahnya dan dengan semua orang yang ada pada Korah dan dengan segala harta milik mereka. Demikianlah mereka dengan semua orang yang ada pada mereka turun hidup-hidup ke dunia orang mati; dan bumi menutupi mereka, sehingga mereka binasa dari tengah-tengah jemaah itu." (ay 31-33). Hal ini kemudian disinggung kembali pada bagian lain. "tetapi bumi membuka mulutnya dan menelan mereka bersama-sama dengan Korah, ketika kumpulan itu mati, ketika kedua ratus lima puluh orang itu dimakan api, sehingga mereka menjadi peringatan." (Bilangan 26:10). Korah dan orang-orangnya akhirnya binasa, turun hidup-hidup ke dunia orang mati. Hukuman Tuhan jatuh atas orang-orang sombong yang melupakan hakekat dirinya lalu berani melawan Tuhan.

Hendaknya kita menjadikan hal ini sebagai peringatan, jangan sampai kita mengulangi kesalahan yang sama dalam hidup kita. Kesombongan adalah musuh nomer satu sehingga bisa mengakibatkan kehancuran, bisa berarti kehancuran materi atau rohani, dan bisa juga kedua-duanya.

Merasa percaya diri itu baik. Mengetahui potensi dan kemampuan pun tentu baik. Menghargai diri sendiri itu baik. Tapi jika itu kita nikmati secara berlebihan, kita bisa terjatuh kepada berbagai dosa yang akan membuat apa yang telah susah payah kita bangun menjadi hancur berantakan dalam sekejap mata. Ketika kita sudah berhasil terutama dalam segi materi, nama besar, kekuasaan, dan lain-lain, bersyukurlah kepada Tuhan yang telah memberikan itu semua. Dan jangan berhenti disitu, tapi pertahankanlah kesuksesan itu dan jauhilah segala hal yang bisa menjatuhkan kita. Di luar Tuhan kita bukanlah apa-apa (Yohanes 15:5). Jangan lupa diri sehingga merasa bahwa kitalah yang terhebat kemudian melupakan dan merebut kemuliaan yang menjadi hak Tuhan. Semua yang kita miliki, bakat, kekayaan, kepandaian, ketrampilan, dan lain-lain itu berasal dari Tuhan dan untuk Tuhan dengan hati tulus.
  • Sesungguhnya, TUHAN, Allahmulah yang empunya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit,dan bumi dengan segala isinya; - (Ulangan 10:14).
Apabila kita saat ini mengalami keterpurukan, banyak kegagala, baik didalam keluarga, usaha, sakit penyakit, jatuhnya mental maka bergegaslah berdoa dan minta kekuatan dari Tuhan untuk bangkit kembali. Ketika kita menjadi sukses, jagalah prestasi itu dengan baik, teruslah bersikap rendah hati, berkati orang lain lebih lagi dan teruslah muliakan Tuhan. Tetap jaga garis batas yang ditetapkan Tuhan bagi kita, dan waspadalah terhadap dosa kesombongan.
  • 1. Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas. 4. Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan. - (Amsal 22 :1,4).
Sukses belum tentu kaya raya dan berkat belum tentu materi atau uang. Jika Tuhan Yesus memberi kita berkat berlimpah itu artinya Dia mempercayakan kepada kita untuk memuliakan Tuhan dengan berkat yang telah Dia berikan.


Berkat yang telah Tuhan berikan jangan sampai menghancurkan kita. Diluar Tuhan kita tidak ada apa-apanya.

Salam kasih dan persahabatan. Tetap semangat dan mengasihi sesama manusia apapun keyakinannya. Tuhan Yesus pasti memberkati. Amin.


Share it:

Renungan

Post A Comment:

0 comments: